Tentu
orang tua manapun kepengin melihat
anaknya yang telah berhasil , dari hijrah tempat tinggal meninggalkan desanya ke Surabaya, diikuti dengan hijrah profesi
dari buruh tani menjadi buruh outsorcing membersihkan kota (bagian nyapu jalanan kota), nah kalau nyarter
mobil tentu nggak mampulah , satu satunya jalan ya naik kereta api super
ekonomi Rapih Dhoho Rp 4.000,- sampai deh di Surabaya
Memang
managemen KAI kelihatannya berhasil memberikan pelayanan yang cukup baik , tidak
ada calo , nama penumpang tertera di karcisnya , masuk statiun identitas diri dicek petugas sesuai
nggak dengan KTP nya kayak periksa Boarding Pass - tapi inilah kisahnya kalau
naik kereta api super ekonomi.
KA RAPIH DHOHO.
Kereta
api ekonomi Rapih Dhoho berangkat dari Blitar ke Surabaya lewat Kertosono,
kalau beli karcis di station Sumobito , karcisnya selembar tanpa identitas
penumpang dan tanpa nomor gerbong apalagi nomer tempat duduk, jumlah pembeli
karcis unlimited , berapapun dilayani, nah setelah kereta berangkat di station Mojokerto
ada penumpang baru yang naik, di Mojokerto karcis dijual dengan nomor gerbong
dan no tempat duduk, masalahnya tempat duduk sudah diduduki penumpang yang
berkarcis bebas, masak mau berantem, hal yang sama pada saat naik kereta Dhoho
dari station Jombang diberikan karcis dengan nomer gerbong dan nomer tempat
duduk, tetapi sebelum station Jombang kereta api menaikkan penumpang dari station
Sembung yang karcisnya bebas tanpa no gerbong dan nomer tempat duduk, kebetulan
nomer kursi saya sudah diduduki penumpang dari station Sembung, nggak apalah.
Penjual asongan kelelahan
Pedagang pasar wonokromo - kepanasen dalam kereta sampe ngantuk ngantuk
Nasi pecel Rp 2.000,- kalau onde onde Rp 500,- semua bisa di beli diatas kereta.
Rp 4.000 kok minta duduk , tapi sebenarnya mereka tidak membayar Rp 4.000,- karena
PT KAI mendapat dana dari negara.
Persoalannya
ternyata sangat sederhana – managemen PT KAI belum pernah mencoba naik kereta
api klas ekonomi sehingga beberapa persoalan kurang dipahami dan mendapat
perhatian , kelihatannya lebih terfokus pada kereta api klas Bisnis dan
Executive. tapi bagiamanapun maju terus PT KAI - karena nggak ada lagi operator KA di Indonesia selain dikau, saya buruh tani hanya usul jual karcis ka ekonomi jarak dekat tanpa nomor tempat duduk karena banyak penumpang klas ekonomi yang memerlukan , nggak apalah berdiri satu dua jam, itu sudah habitatnya sejak dulu, perubahan yang dilakukan saat ini bukan memberikan nilai tambah tetapi lebih menyusahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar